Big Problem or Big God?
Ada satu pertanyaan yang agak ngeyel waktu gue tidur-tiduran di kamar. Sejenak merenungi beberapa masalah yang ada akhir-akhir ini *begaya, padahal jarang-jarang gue mikir :p.
Kenapa Allah ga menciptakan manusia sempurna? Bukan ga mungkin mengurangi segala kecekcokan yang ada? Tapi dengan begitu bisa jadi idup ga berwarna. Semuanya sempurna, ga ada yang belajar menyikapi perbedaan. Yap, gunanya ketidaksempurnaan adalah sebuah pembelajaran buat masing-masing orang menyikapi satu atau banyak hal.
Atau angan-angan supaya bisa mengetahui pikiran orang. Seandainya semua orang bisa mengetahui apa yang orang lain pikirkan, ga akan ada tuh yang sakit hati, ngambek, marah, yang ada cuma rasa toleransi.
Mungkin sikap hanya ingin dipahami tanpa mau memahami. Nah, ini nih yang sering ditemuin. Kadang, saat kita punya perbedaan pendapat dan pandangan, cuma mau taunya aja dimengerti dan dipahami. Mungkin orang yang kita mau untuk mengerti dan memahami kita juga butuh itu. Mungkin orang itu punya masalah yang jauh lebih besar dari yang kita alami. Siapa yang tau?
Tapi hey, kalo aja cuma gue yang punya kemampuan untuk membaca pikiran orang, mungkin ga ada yan sakit hati sama gue. Gue bisa nyenengin banyak orang. Tapi, apa jaminan gue bisa ikut ngerasa seneng? Disitulah gunanya perasaan atau umm,, sifat cuek mungkin. Ga semua hal bisa gue benerin atau bener dengan sendirinya. Disitulah adanya haters, yang bisa jadi bahan koreksi kita, atau setidaknya kita tau ada orang yang peduli dengan apa yang kita lakukan.
Dan inilah kesimpulan yang bisa gue ambil dari perenungan gue barusan :p
Mungkin Allah menciptakan setiap manusia ga sempurna tujuannya adalah berusaha untuk menjadi sempurna. Dengan berusaha menjadi sempurna, gue yakin tiap orang akan menjadi lebih baik. Dengan menjadi lebih baik, gue yakin tiap orang akan berusaha untuk tidak mengulang kesalahan di masa depan. Inget ya, beusaha menjadi sempurna bukan berarti merasa sudah sempurna. Tiap berusaha menjadi sempurna, tiap orang pasti menyadari dirinya selalu punya kekurangan. Kekurangan bukan untuk diratapi, tapi diperbaiki *ngomong sama diri sendiri*
Allah menciptakan manusia tidak bisa membaca pikiran orang supaya bisa terus belajar memahami dan saling mengerti. Bukan hanya ingin dimengerti tanpa berusaha mengerti orang lainnya. Berusaha untuk mengerti juga bahwa pengertian yang diberikan setiap orang itu berbeda. Saat kita menginginkan pengertian dalam bentuk A, orang lain mungkin bisa memberikan pengertian dalam bentuk A, lainnya mungkin dalam bentuk B. Belum tentu sama pengertian yang kita mau dengan yang kita dapat. Sekarang, tinggal gimana menyikapi itu semua, mau dianggep negatif silahkan, dianggap positif jauh lebih baik.
Allah juga ga memberikan gue kemampuan buat baca pikiran orang karena kayaknya gue kudu bisa memahami orang lain, meletakkan sensitifitas pada tempatnya. Kapan gue harus mempertajam sensitifitas gue terhadap keinginan orang lain dalam rangka memahami, kapan gue menyingkirkan sensitifitas berlebih dari omongan yang ga ngenakin. Entah soal persaingan maupun cibiran *sumpel kuping*
Satu kata yang gue inget, jangan pernah bilang "Hey God, I have a big problem." Tapi, ucapkan dengan lantang, "Hey problem, I have a big God." Biarpun ngadu sama Allah juga kalo suggest kita masalah yang gede, ga akan ada penyelesaiannya. Serahin semua ke Yang Maha Besar. Allah ga akan ngasih cobaan melebihi kemampuan hambanya kok. Ga ada itu big problem. Coba aja kalo masalah itu udah lewat terus ada sesuatu yang bikin kita inget, pasti kita yang mencibir balik, "gila ya, masalah gini doang bisa sampe hampir perang dunia ketiga. Padahal kalo begini pasti udah beres." Atau, ikhlaslah kuncinya.
Panjang-panjang gini, mudah-mudahan ada gunanya ya, muehehe :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar