Waktu SMA, saya pernah ditanya oleh salah seorang teman, "punya rencana nikah umur berapa?"
Saat itu, saya yang masih polos menjawab, "umur 24 atau 25 lah. Ga kelewat muda, ga terlalu tua juga kan? Setidaknya bisa ngerasain 'jajan' pake uang sendiri dulu lah."
Seiring waktu berjalan, keinginan saya menikah di usia 24 memudar. Pikiran kok jadinya nguber duit mulu, apalagi setelah kerja dan ngerasain punya uang sendiri. Malah, kecenderungan untuk menunda nikah jadi lebih besar (MasyaAllah!). Alasannya sih saya takut semua yang saya miliki saat ini bakal terenggut.
Menemukan D sebenernya merupakan anugerah yang InsyaAllah luar biasa untuk saya. Dia juga berusia sama, 24 tapi keinginan dia untuk menjalin hubungan yang serius dapat dipertanggung jawabkan. Alhamdulillah keinginan saya pada masa SMA untuk menikah usia 24 terwujud. SubhanAllah ya, mungkin ini yang namanya ucapan adalah doa.
Saya bangga kok bisa menyempurnakan ibadah di usia yang masih muda. Bisa segera dipertemukan dengan jodoh saya secepat ini. Dan jika Allah mengizinkan kami segera mendapat momongan, saya bisa mengurus anak dengan kondisi yang masih baik, dari segi kesehatan tentunya. Urusan mapan dan rezeki, kita sudah berusaha dan Allah sudah memberi jalan :)
Hari itu, tanggal 25 Mei 2013.Perhelatan akbar saya dan D jatuh pada tanggal 25 Mei 2013 tepat di hari raya Waisak.
Sempet
kawatir liat kondisi Ayah yang seminggu belakangan batuk parah. Bahkan,
Ayah minta kakak saya menggantikan beliau untuk jadi wali nikah
bagi saya. Ya, ga bisa dipungkiri sih sakitnya Ayah emang dari kesalahan
(kelalaian) dia sendiri. Tapi cukup membuat saya susah tidur, hehe.
Sejak
hari Jumat, paman dan bibi saya udah nginep di rumah. Otomatis pagi
hari dimulai dengan ngantri kamar mandi. Halo, apa kabarnya calon manten
yang belum siap sama sekali ini?